UNTUNG SURAPATI
Salah satu jawara Betawi yang terkenal adalah Untung Surapati. Ia membuat pihak Kompeni Belanda kalang kabut karena perlawanannya. Dalam buku sejarah, tokoh ini disebut sebagai budak yang berasal dari Pulau Bali. Kapten Baber, perwira Belanda yang membawa Untung kecil (berusia sekitar 7 tahun) ke Batavia.
Di Batavia, budak kecil itu dijual kepada seorang Belanda pegawai VOC yang bernama Moor. Oleh Moor budak itu diminta menemani anak perempuannya yang bernama Suzana. Maklum istri telah meninggal dan usia anaknya itu sebaya dengan dengan sang budak. Sejak Untung tinggal di rumah majikannya, ternyata kedudukan Moor semakin meningkat. Pangkatnya naik menjadi Opperkoopman, sehingga Moor memberi nama budak itu dengan panggilan Untung.
Kedudukan Moor terus meningkat, sampai ia dipercaya menjadi anggota Raad van Indie atau Dewan Hindia. Lembaga ini setingkat di bawah Gubernur Jendral sehingga anggotanya diberi gelar "Edelheer" artinya orang yang mulia atau dimuliakan. Moor yang sayang betul kepada Untung juga mendidiknya dan sering mengajaknya keliling Batavia. Alhasil Untung mengetahui setiap sudut kota Batavia dan pergaulan di kalangan warga Belanda.Secara diam-diam Untung bersahabat dengan Kyai Ebun dan seiring dengan perkembangan usia ia juga menjalin cinta dengan Suzana. tanpa sepengetahuan Moor, Untung menikah dengan Suzana disaksikan Kyai Ebun. Mengetahui hal itu Edelheer Moor marah, ia memerintahkan tentara VOC untuk menangkap Untung. Untuk menjaga nama baik dan kedudukannya, ia mengirim Suzana ke negeri Belanda.
Di penjara Untung berkawan dengan Wirayuda, yang ditahan oleh VOC. Bersama-sama dengan yang lainnya, mereka merencanakan melarikan diri. Rencana itu berhasil dan Untung ditunjuk sebagai pemimpin untuk melawan tentara Belanda. Dari pusat kota Batavia, Untung bersama Wirayuda dan Kyai Ebun serta tahanan lain lari ke Pecenongan. Kemudian mereka ke Depok lalu ke kali Angke. Di pinggiran Batavia ini Untung selalu menyerang pasukan VOC. Di sisi lain, belanda juga menghadapi pasukan Banten yang dipimpin Syekh Yusuf dan Pangeran Purbaya.
Belanda membuat siasat dengan membujuk Untung untuk menghentikan perlawanannya, dan memberikan pangkat Letnan. Pasukan Untung yang terdiri dari kawan-kawannya di penjara diberi perlengkapan dan senjata Belanda. Untung ditugaskan membujuk Pangeran Purbaya agar menarik pasukannya dan berhenti memusuhi Belanda.
untung menemui pangeran Purbaya di Cikalong dan berhasil meyakinkannya. Tiba-tiba datang Vaandrig (Letnan Muda) Willem Kuffeler bersama pasukannya yang memerintahkan Pangeran Purbaya untuk menyerah. Untung tidak terima dengan tindakan itu, pada tanggal 28 Januari 1684, ia menyerang perkemahan Willem Kuffeler sehingga 28 orang pasukan VOC tewas. Aksi Untung tersebut menimbulkan kemarahan Belanda. Mereka mengejar pasukan Untung yang lari ke Cirebon. Oleh Sultan Cirebon, Untung diberi nama tambahan Surapati yang merupakan nama anak angkat Sultan Cirebon. Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jacobus Couper tiba di Cirebon dan langsung menyerang Untung. Berkat keunggulan senjata, Untung terdesak dan menghindar ke timur menuju Mataram.
Di Mataram, Untung Surapati disambut gembira oleh orang-orang yang membenci VOC. Belanda akhirnya mengirim pasukan di bawah pimpinan Kapten Francois Tack, seorang perwira VOC yang kaya akan pengalaman tempur. Dalam pertempuran di Kartasura tanggal 7 Februari 1686, Untung Surapati berhasil menewaskan Kapten Tack. Dengan persenjataan yang dirampas dari Belanda, Untung pindah ke Jawa Timur. Di Pasuruan ia mendirikan kerajaan yang kemudian meluaskan kekuasaannya sampai ke Malang dan Kediri. Untung kemudian diberi gelar Adipati Aria Wiranegara. Ada yang mengartikan gelar itu dengan ungkapan "Belalang telah menjadi Elang" atau "Cacing telah menjadi Ular Naga". Artinya seorang BUdak yang bernama Untung telah menjadi Raja. (Disarikan dari tulisan U.Widyanto, Kompas)